-->
News Update :

Sunday, October 21, 2012

CERMIN sebagai guru kita..

Oleh : Randyadifta Fahmi (pengagum Rasulullah dan Dzurriyaturrasul)

Jum’at,  18 Mei 2012, pelajaran berharga aku petik dari sebuah nasihat suci, petuah yang tak ternilai, memantik motivasi, melecut hati….. ya,saat itu aku duduk di atas dinginnya lantai sebuah masjid yang tenang dan mneyejukkan tepatnya di shaf kedua.  Dalam masjid yang teletak di perumahan pondok safari itulah ku tunaikan panggilan ilahi untuk melakukan sholat jum’at berjamaah. Seperti biasa, ku tunggu detik-detik saat khotib naik mimbar, penasaran ingin segera tahu apa yang disampaikan beliau dalam khutbahnya. Aku berharap tidak seperti minggu2 lalu, tak sedikitpun pesan yang melintas bahkan menetap dalam hati dan pikiranku. Bukan karena khotibnya yang begitu datar-datar saja dalam berkhutbah, tetapi memang hamba yang penuh dosa ini selalu tergoda oleh bisikan setan hingga akhirnya mata terpejam walau hanya sesaat.

Setelah adzan berkumandang, naiklah khotib di atas mimbar untuk memulai membuka khutbahnya. Sebuah mukaddimah keluar dari lisannya menghentakkan qolbu, nampak berbeda dari jum’at biasanya mungkin karena intonasi dan gaya bahasanya yang khas membuatku semakin penasaran tema apa yang beliau bawakan.  “Cermin Sebagai Guru Kita”…….. ya, itulah mukaddimah sekaligus tema yang beliau sampaikan kala itu. Mengapa kita perlu cermin? Lebih jauh lagi, mengapa kita perlu bercermin?  karena cermin adalah kejujuran yang absolut. cermin menampilkan apa adanya. Rambut kita ber uban, kulit kita keriput,tubuh kita gemuk atau kurus semua di tampakkan cermin apa adanya. Pesan pertama aku peroleh, kejujuran…. Sudahkah kita jujur seperti cermin?

Wahai saudara, itu hanya sekelumit pesan di luar cermin, belum masuk ke dalam makna yang sesungguhnya. Huruf dalam kata “cermin” itulah yang aku maksud masuk ke dalam makna yang sesungguhnya. Huruf “C” berarti cinta pada Allah dan rasul-NYA. Jangan mengaku cinta kalau belum berkorban. Itu yang orang katakan pada umumnya. Tapi ini lebih dari itu, jangan terpaksa, jangan berkorban semu, laksanakan perintah, jauhi larangan dan ikuti sunnahnya sepenuh hati. Pesan kedua aku peroleh,cinta. Selanjutnya adalah “E” yang berarti elok. Elok juga berarti indah. Sudahkah hari-harimu engkau isi dengan keindahan? Indah dalam berbusana, indah dalam bertingkah laku, indah dalam bertutur kata. Pesan ketiga aku dapat, elok. Berikutnya adalah frase “R”. sudah biasa terdengar di telinga kita pemuda – pemudi yang pada umumnya melakukan keharaman yang disebut pacaran. Tidak jarang mereka mengelu-elukan “romantisme”. Ya, romantisme disini adalah romantisme yang suci, bukan dibangun di atas keharaman khalwah (baca : pacaran). Romantisme disini diartikan sebagai sikap romantis antara suami & istri dalam membangun rumah tangganya. Ke halal-an antara suami istri sudah seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin bagaimana setiap waktu memperbarui dan memperbaiki sikap satu sama lain. Dengan anak pun harus romantis, kepada orang tua juga harus romantis. Sikap romantisme akan menjadikan keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Sampailah kita pada frase “M” yang dimaknai oleh khotib sebagai “muhasabah”. Arti muhasabah ialah introspeksi atau mawas atau meneliti diri. Yakni menghitung-hitung perbuatan pada tiap tahun, tiap bulan, tiap hari bahkan setiap saat. Oleh karena itu muhasabah ini tidak harus dilakukan pada akhir tahun, akhir bulan. Namun perlu juga dilakukan setiap hari, bahkan setiap saat. Dengan muhasabah, kita akan merasa kecil dihadapan Allah SWT karena kita mereneungi dosa kita yang banyak dan amalan sholeh kita yang sedikit. Dengan begitu, kita akan terpacu untuk meninggalkan maksiat dan senantiasa memperbanyak amalan sholeh. Berikutnya adalah frase “I”. ketika di TPQ dulu, aku diajari tentang apa itu rukun islam dan rukun iman. Tanpa iman, kita tak akan menjadi islam yang sesungguhnya. Ya kata Imanitulah yang dimaksud dalam CERMIN. Keimanan kita pada Allah,malaikat, Al-qur’an, Rasul, hari kiamat dan Qodho & Qodhar harus kokoh sampai akhir hayat kita. Tanpa Iman, makna huruf sebelum huruf “I” pada CERMIN tidak akan ada artinya. Iman memunculkan Takwa, takwa membentuk kebahagiaan yang hakiki.
Sampailah kita di penghujung huruf yaitu “N”  = Niat. Perbaruilah niatmu di setiap amalanmu karena Allah hanya Ridho pada amalan-amalanmu yang memiliki niat yang benar. Ketika engkau hampir/ nyaris merasakan ke”futur”an dalam Ibadah, segeralah perbarui niatmu dengan begitu api semengatmu akan tetap berkobar, tidak akan pernah redup. Jangan sesekali engkau ibadah dengan niat karena manusia, sebab sesungguhnya ibadahmu tersebut tidak akan ada nilainya dihadapan Allah. Maka belajarlah pada CERMIN karena CERMIN sebagai guru kita………..Wallahua’alam 
 CERMIN sebagai guru kita......

CERMIN sebagai guru kita………..
Jum’at,  18 Mei 2012, pelajaran berharga aku petik dari sebuah nasihat suci, petuah yang tak ternilai, memantik motivasi, melecut hati….. ya,saat itu aku duduk di atas dinginnya lantai sebuah masjid yang tenang dan mneyejukkan tepatnya di shaf kedua.  Dalam masjid yang teletak di perumahan pondok safari itulah ku tunaikan panggilan ilahi untuk melakukan sholat jum’at berjamaah. Seperti biasa, ku tunggu detik-detik saat khotib naik mimbar, penasaran ingin segera tahu apa yang disampaikan beliau dalam khutbahnya. Aku berharap tidak seperti minggu2 lalu, tak sedikitpun pesan yang melintas bahkan menetap dalam hati dan pikiranku. Bukan karena khotibnya yang begitu datar-datar saja dalam berkhutbah, tetapi memang hamba yang penuh dosa ini selalu tergoda oleh bisikan setan hingga akhirnya mata terpejam walau hanya sesaat.

Setelah adzan berkumandang, naiklah khotib di atas mimbar untuk memulai membuka khutbahnya. Sebuah mukaddimah keluar dari lisannya menghentakkan qolbu, nampak berbeda dari jum’at biasanya mungkin karena intonasi dan gaya bahasanya yang khas membuatku semakin penasaran tema apa yang beliau bawakan.  “Cermin Sebagai Guru Kita”…….. ya, itulah mukaddimah sekaligus tema yang beliau sampaikan kala itu. Mengapa kita perlu cermin? Lebih jauh lagi, mengapa kita perlu bercermin?  karena cermin adalah kejujuran yang absolut. cermin menampilkan apa adanya. Rambut kita ber uban, kulit kita keriput,tubuh kita gemuk atau kurus semua di tampakkan cermin apa adanya. Pesan pertama aku peroleh, kejujuran…. Sudahkah kita jujur seperti cermin?
Wahai saudara, itu hanya sekelumit pesan di luar cermin, belum masuk ke dalam makna yang sesungguhnya. Huruf dalam kata “cermin” itulah yang aku maksud masuk ke dalam makna yang sesungguhnya. Huruf “C” berarti cinta pada Allah dan rasul-NYA. Jangan mengaku cinta kalau belum berkorban. Itu yang orang katakan pada umumnya. Tapi ini lebih dari itu, jangan terpaksa, jangan berkorban semu, laksanakan perintah, jauhi larangan dan ikuti sunnahnya sepenuh hati. Pesan kedua aku peroleh,cinta. Selanjutnya adalah “E” yang berarti elok. Elok juga berarti indah. Sudahkah hari-harimu engkau isi dengan keindahan? Indah dalam berbusana, indah dalam bertingkah laku, indah dalam bertutur kata. Pesan ketiga aku dapat, elok. Berikutnya adalah frase “R”. sudah biasa terdengar di telinga kita pemuda – pemudi yang pada umumnya melakukan keharaman yang disebut pacaran. Tidak jarang mereka mengelu-elukan “romantisme”. Ya, romantisme disini adalah romantisme yang suci, bukan dibangun di atas keharaman khalwah (baca : pacaran). Romantisme disini diartikan sebagai sikap romantis antara suami & istri dalam membangun rumah tangganya. Ke halal-an antara suami istri sudah seharusnya dimanfaatkan sebaik mungkin bagaimana setiap waktu memperbarui dan memperbaiki sikap satu sama lain. Dengan anak pun harus romantis, kepada orang tua juga harus romantis. Sikap romantisme akan menjadikan keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Sampailah kita pada frase “M” yang dimaknai oleh khotib sebagai “muhasabah”. Arti muhasabah ialah introspeksi atau mawas atau meneliti diri. Yakni menghitung-hitung perbuatan pada tiap tahun, tiap bulan, tiap hari bahkan setiap saat. Oleh karena itu muhasabah ini tidak harus dilakukan pada akhir tahun, akhir bulan. Namun perlu juga dilakukan setiap hari, bahkan setiap saat. Dengan muhasabah, kita akan merasa kecil dihadapan Allah SWT karena kita mereneungi dosa kita yang banyak dan amalan sholeh kita yang sedikit. Dengan begitu, kita akan terpacu untuk meninggalkan maksiat dan senantiasa memperbanyak amalan sholeh. Berikutnya adalah frase “I”. ketika di TPQ dulu, aku diajari tentang apa itu rukun islam dan rukun iman. Tanpa iman, kita tak akan menjadi islam yang sesungguhnya. Ya kata Imanitulah yang dimaksud dalam CERMIN. Keimanan kita pada Allah,malaikat, Al-qur’an, Rasul, hari kiamat dan Qodho & Qodhar harus kokoh sampai akhir hayat kita. Tanpa Iman, makna huruf sebelum huruf “I” pada CERMIN tidak akan ada artinya. Iman memunculkan Takwa, takwa membentuk kebahagiaan yang hakiki.
Sampailah kita di penghujung huruf yaitu “N”  = Niat. Perbaruilah niatmu di setiap amalanmu karena Allah hanya Ridho pada amalan-amalanmu yang memiliki niat yang benar. Ketika engkau hampir/ nyaris merasakan ke”futur”an dalam Ibadah, segeralah perbarui niatmu dengan begitu api semengatmu akan tetap berkobar, tidak akan pernah redup. Jangan sesekali engkau ibadah dengan niat karena manusia, sebab sesungguhnya ibadahmu tersebut tidak akan ada nilainya dihadapan Allah. Maka belajarlah pada CERMIN karena CERMIN sebagai guru kita………..Wallahua’alam 

No comments:

Post a Comment

 

© Copyright IMAN STAN 2010 -2011 | | Published by Borneo Templates .