-->
News Update :

Sunday, April 7, 2013

Biografi Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi


Gaya bahasanya istimewa. Tulisannya proporsional dengan tema-tema yang diusungnya. Isinya tidak melenceng dan keluar dari akar permasalahan dan kaya akan sumber-sumber rujukan.


INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI`UN, Kita telah kehilangan ulama terbaik kita masa kini 
AL'ALIM AL`ALLAMAH ASY SYAIKH SAID RAMADLAN AL BUTHI rahimahullahuta'ala 
tepat saat beliau mengisi Ta`lim di Masjid Al Iman di Kota Damaskus, Suriah, ba`da maghrib Kamis, 21 Maret 2013. Beliau Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi adalah salah seorang tokoh ulama dunia yang menjadi sumber rujukan masalah-masalah keagamaan.

Ketika kritikan terhadap tradisi Maulid dan dzikir berjama’ah, misalnya, dilontarkan para pengklaim “muslim sejati”, Al-Buthi hadir menjawab kritikan itu. Tak tanggung-tanggung, dalil yang di gunakan sama persis dengan dalil yang diambil para pengkritik itu.

Pada sisi lainnya, ia juga mengkritik dengan tajam pola pikir Barat. Ajaran-ajarannya membuat stereotip yang negatif tentang Islam dan ketimuran pun luruh.

Siapakah tokoh ulama kontemporer yang begitu alim ini? Sa’id Ramadhan Al-Buthi lahir pada tahun 1929 di Desa Jilka, Pulau Buthan (Ibn Umar), sebuah kampung yang terletak di bagian utara perbatasan antara Turki dan Irak. Ia berasal dari suku Kurdi, yang hidup dalam berbagai tekanan kekuasaan Arab Irak selama berabad-abad.

Bersama ayahnya, Syaikh Mula Ramadhan, dan anggota keluarganya yang lain, Al-Buthi hijrah ke Damaskus pada saat umurnya baru empat tahun. Ayahnya adalah sosok yang amat dikaguminya.

Pendidikan sang ayah sangat membekas dalam sisi kehidupan intelektualnya. Ayahnya memang dikenal sebagai seorang ulama besar di Damaskus. Bukan saja pandai mengajar murid-murid dan masyarakat di kota Damaskus, Syaikh Mula juga sosok ayah yang penuh perhatian dan tanggung jawab bagi pendidikan anak-anaknya.

Dalam karyanya yang mengupas biografi kehidupan sang ayah, Al-Fiqh al-Kamilah li Hayah asy-Syaikh Mula Al-Buthi Min Wiladatihi Ila Wafatihi, Syaikh Al-Buthi mengurai awal perkembangan Syaikh Mula dari masa kanak-kanak hingga masa remaja saat turut berpe rang dalam Perang Dunia Pertama. Ke­mudian menceritakan pernikahan ayah nya, berangkat haji, hingga alasan ber hijrah ke Damaskus, yang di kemudian hari menjadi awal kehidupan baru bagi keluarga asal Kurdi itu.

Masih dalam karyanya ini, Al-Buthi menceritakan kesibukan ayahnya dalam belajar dan mengajar, menjadi imam dan berdakwah, pola pendidikan yang diterapkannya bagi anak-anaknya, ibadah dan kezuhudannya, kecintaannya ke pada orang-orang shalih yang masih hidup maupun yang telah wafat, hubungan baik ayahnya dengan para ulama Da maskus di masa itu, seperti Syaikh Abu Al-Khayr Al-Madani, Syaikh Badruddin Al-Hasani, Syaikh Ibrahim Al-Gha layayni, Syaikh Hasan Jabnakah, dan lainnya, yang menjadi mata rantai tabarruk bagi Al-Buthi. Begitu besarnya atsar (pengaruh) dan kecintaan sang ayah, hingga Al-Buthi begitu terpacu untuk menulis karyanya tersebut.

Dari Damaskus ke Kairo

Sa’id Ramadhan Al-Buthi muda menyelesaikan pendidikan menengahnya di Institut At-Tawjih Al-Islami di Damas kus. Kemudian pada tahun 1953 ia meninggalkan Damaskus untuk menuju Me sir demi melanjutkan studinya di Univer sitas Al-Azhar. Dalam tempo dua tahun, ia berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana S1 di bidang syari’ah. Pada ta hun berikutnya di universitas yang sama, ia mengambil kuliah di Fakultas Bahasa Arab hingga lulus dalam waktu yang cukup singkat dengan sangat memuaskan dan mendapat izin mengajar bahasa Arab.

Kemahiran Al-Buthi dalam bahasa Arab tak diragukan. Sekalipun bahasa ini adalah bahasa ibu orang-orang Arab seperti dirinya, sebagaimana bahasa-bahasa terkemuka dalam khazanah per­adaban dunia, ada orang-orang yang memang dikenal kepakarannya dalam bidang bahasa, dan Al-Buthi adalah salah satunya yang menguasai bahasa ibu nya tersebut. Di samping itu, kecende rungan kepada bahasa dan budaya membuatnya senang untuk menekuni bahasa selain bahasa Arab, seperti bahasa Turki, Kurdi, bahkan bahasa Inggris.

Selulusnya dari Al-Azhar, Al-Buthi kembali ke Damaskus. Ia pun diminta untuk membantu mengajar di Fakultas Syari’ah pada tahun 1960, hingga berturut-turut menduduki jabatan struktural, dimulai dari pengajar tetap, menjadi wakildekan, hingga menjadi dekan di fakultas tersebut pada tahun 1960.

Lantaran keluasan pengetahuannya, ia dipercaya untuk memimpin sebuah lembaga penelitian theologi dan agama-agama di universitas bergengsi di Timur Tengah itu.

Tak lama kemudian, Al-Buthi diutus pimpinan rektorat kampusnya untuk melanjutkan program doktoral bidang ushul syari’ah di Al-Azhar hingga lulus dan berhak mendapatkan gelar doktor di bidang ilmu-ilmu syari’ah.

Aktivitasnya sangat padat. Ia aktif mengikuti berbagai seminar dan konfe rensi tingkat dunia di berbagai negara di Timur Tengah, Amerika, maupun Eropa. Hingga saat ini ia masih menjabat salah seorang anggota di lembaga pene li tian kebudayaan Islam Kerajaan Yordania, anggota Majelis Tinggi Pena sihat Yayasan Thabah Abu Dhabi, dan anggota di Majelis Tinggi Senat di Universitas Oxford Inggris.

Penulis yang Sangat Produktif

Al-Buthi adalah seorang penulis yang sangat produktif. Karyanya menca pai lebih dari 60 buah, meliputi bidang syari’ah, sastra, filsafat, sosial, masalah-masalah kebudayaan, dan lain-lain. Be­berapa karyanya yang dapat disebutkan di sini, antara lain, Al-Mar‘ah Bayn Thughyan an-Nizham al-Gharbiyy wa Latha‘if at-Tasyri’ ar-Rabbaniyy, Al-Islam wa al-‘Ashr, Awrubah min at-Tiqniyyah ila ar-Ruhaniyyah: Musykilah al-Jisr al-Maqthu’, Barnamij Dirasah Qur‘aniyyah, Syakhshiyyat Istawqafatni, Syarh wa Tahlil Al-Hikam Al-‘Atha‘iyah, Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah, Hadzihi Musy ki latuhum, Wa Hadzihi Musykilatuna, Kalimat fi Munasabat, Musyawarat Ijtima’iyyah min Hishad al-Internet, Ma’a an-Nas Musyawarat wa Fatawa, Manhaj al-Hadharah al-Insaniyyah fi Al-Qur‘an, Hadza Ma Qultuhu Amama Ba’dh ar-Ru‘asa‘ wa al-Muluk, Yughalithunaka Idz Yaqulun, Min al-Fikr wa al-Qalb, La Ya‘tihi al-Bathil, Fiqh as-Sirah, Al-Hubb fi al-Qur‘an wa Dawr al-Hubb fi Hayah al-Insan, Al-Islam Maladz Kull al-Muj tama’at al-Insaniyyah, Azh-Zhullamiyyun wa an-Nuraniyyun.

Gaya bahasa Al-Buthi istimewa dan menarik. Tulisannya proporsional de ngan tema-tema yang diusungnya. Tu lisannya tidak melenceng dan keluar dari akar permasalahan dan kaya akan sum ber-sumber rujukan, terutama dari sum ber-sumber rujukan yang juga diambil lawan-lawan debatnya.

Akan tetapi bahasanya terkadang ti dak bisa dipahami dengan mudah oleh kalangan bukan pelajar, disebabkan un sur falsafah dan manthiq, yang memang ke ahliannya. Oleh karena itu, majelis dan ha laqah yang diasuhnya di berbagai tempat di keramaian kota Damaskus menjadi sarana untuk memahami karya-karyanya.

Walau demikian, sebagaimana di tuturkan pecinta Al-Buthi, di samping mam pu membedah logika, kata-kata Al-Buthi juga sangat menyentuh, sehingga mampu membuat pembacanya berurai air mata.

Pembela Madzhab yang Empat

Syaikh Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthi mengasuh halaqah pengajian di masjid Damaskus dan beberapa masjid lainnya di seputar kota Damaskus, yang diasuhnya hampir tiap hari. Majelis yang diampunya selalu dihadiri ribuan ja ma’ah, laki-laki dan perempuan.

Selain mengajar di berbagai halaqah, ia juga aktif menulis di berbagai media massa tentang tema-tema keislaman dan hukum yang pelik, di antaranya berbagai pertanyaan yang diajukan kepada nya oleh para pembaca. Ia juga menga suh acara-acara dialog keislaman di beberapa stasiun televisi dan radio di Timur Tengah, seperti di Iqra‘ Channel dan Ar-Risalah Channel.

Dalam hal pemikiran, Al-Buthi dianggap sebagai tokoh ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang gencar membela konsep-konsep Madzhab yang Empat dan aqidah Asy’ariyah, Maturidiyah, Al-Ghazali, dan lain-lain, dari rongrongan pemikiran dan pengkafiran sebahagian golongan yang menganggap hanya merekalah yang benar dalam hal agama. Berbekal pengetahuannya yang amat men dalam dan diakui berbagai pihak, ia meredam berbagai permasalahan yang timbul dengan fatwa-fatwanya yang bertabur hujjah dari sumber yang sama yang dijadikan dalil para lawan debatnya. Ajaran-ajaran Al-Buthi juga menyejukkan bagi yang benar-benar ingin memahami pemikirannya.

Al-Buthi bukan hanya seorang yang pandai di bidang syari’ah dan bahasa, ia juga dikenal sebagai ulama Sunni yang multidisipliner. Ia dikenal alim dalam ilmu filsafat dan aqidah, hafizh Qur’an, menguasai ulumul Qur’an dan ulumul hadits de­ngan cermat. Sewaktu-waktu ia melakukan kritik atas pemikiran filsafat materia lisme Barat, di sisi lain ia juga melakukan pembelaan atas ajaran dan pemikiran madzhab fiqih dan aqidah Ahlussunnah, terutama terhadap tudingan kelompok yang menisbahkan dirinya sebagai golongan Salafiyah dan Waha biyah.

Dalam hal yang disebut terakhir, ia menulis dua karya yang meng-counter berbagai tudingan dan klaim-klaim me reka, yakni kitab berjudul Al-Lamadz habiyyah Akbar Bid’ah Tuhaddid asy-Syari’ah al-Islamiyyah dan kitab As-Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah Mubarakah wa Laysat Madzhab Islamiyy. Begitu pula hubungannya dengan gerakan-gerakan propaganda keislaman seperti Ikhwanul Muslimin Suriah yang tampak kurang baik, tentunya dengan berbagai perbedaan pandangan, yang menjadi kan ketidaksetujuannya itu tampak da lam sebuah karya yang berjudul Al-Jihad fi al-Islam, yang terbit pada tahun 1993.

Tawassuth
Di era 1990-an, Al-Buthi telah menampakkan intelektualitasnya dengan menggunakan sarana media informasi, seperti televisi dan radio. Ini demi meng usung pemikiran-pemikirannya yang ta­wassuth (menengah) di tengah gerakan-gerakan fundamentalisme Islam yang bermunculan.

Sayangnya, kedekatannya dengan penguasa politik Suriah saat itu, Hafizh Al-Asad, menjadi bumbu tak sedap di kalangan pemerhati politik. Namun kedekatannya itu juga menjadi siasat politik Suriah dalam menyokong perjuangan Hamas (Harakah al-Muqawamah al-Islamiyah) dalam menghadapi aneksasi Israel, sekalipun beberapa pandangannya bertolak belakang dengan gerakan-gerakan semacam itu.

Kini, di usia yang semakin senja, Syaikh Al-Buthi masih tetap menulis, baik lewat website yang diasuhnya mau pun beberapa media massa dan elek tronik lainnya. Betapa besar harapan umat ini, khususnya kalangan Ahlus sun nah wal Jama’ah, menanti karya-karya nya yang lain terlahir, untuk memenuhi dahaga ilmu yang tak pernah habis-habisnya. Di mata beberapa ulama dan ustadz-ustadz yang pernah menimba ilmu di Suriah, saat ini Al Buthi lebih dikenal sebagai tokoh ulama sufi dibanding tokoh pergerakan. Buku-buku karya Al Buthi banyak beredar di Indonesia dan karyanya banyak menjadi rujukan. Salah satu bukunya berisi kritik terhadap gerakan kelompok Salafy Wahabi berjudul Salafiyyah; Marhalah Zamaniyyah Mubarakah La Madzhab Islami.

Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun....Kata Al-Habib Ali-Al-Jufri "Aku telah menelefonnya dua minggu lepas dan beliau (Dr Ramadhan Al-Buti) berkata pada akhir kalamnya:"Tidak tinggal lagi umur bagi aku melainkan beberapa hari yang boleh dikira. Sesungguhnya aku sedang mencium bau syurga dari belakangnya. Jangan lupa wahai saudaraku untuk mendoakan aku"

Pada beberapa hari sebelum kewafatannya, beliau berkata "Setiap apa yang berlaku padaku atau yang menuduhku daripada ijtihadku, maka aku harap ia tidak terlepas dari ganjaran ijtihad" (yang betul mendapat dua ganjaran dan yang tidak mendapat satu ganjaran). Semoga Allah senantiasa memberikan ampunan dan Rahmat yang agung kepada beliau, amiin

MENGUNGKAP RAHASIA DI BALIK SYAHIDNYA SYEIKH AL-BOUTHIY
A. Jawaban Atas Tuduhan Syekh Ramadhan Al-Bouthiy Berpihak Pada Basyar Asad

Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy telah difitnah dan dicemooh oleh sebagian saudara kita, beliau dikatakan berpihak dengan Presiden Syria Basyar Asad. Sebelum kita melontarkan fitnah dan kebencian kepada para ulama khususnya beliau, marilah sama-sama kita menyelidiki apa dan mengapa dibalik tindakan yang diambil oleh beliau.

Berikut adalah hasil perbincangan antara Ustadzah Syarifah Fatimah bin Yahya dengan salah seorang pelajar di Damaskus:

“Pada awalnya saya juga merasa gusar seperti anda, karena beliau Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy adalah diantara ulama yang saya hormati dan kagumi. Sangat mengiris hati ini ketika Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy mengambil tindakan demikian dan sedih pula saat banyak orang mencemooh atas tindakan beliau.

Lantas saya bertanya kepada salah seorang pelajar di sana apa yang sebenarnya terjadi. Barulah lega hati ini mendengarnya, walaupun saya tidak sama dengan cara beliau namun saya tetap menghormati ijtihad beliau. Berikut adalah jawaban salah seorang pelajar di sana:

• Nuansa politik Syria adalah yang paling rumit dalam sejarah kali ini karena Syria dikuasai oleh golongan kecil Syiah Nusiriah yang menganggap halal darahnya kaum Ahlussunnah wal Jama’ah untuk ditumpahkan.

• Maka Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy telah mengambil langkah politik yang berbeda dari ulama lain dengan cara tahalluf siasi bersama Syiah Nusairiah yang diketuai keluarga al-Asad demi menjaga eksistensi Ahlussunnah wal Jama’ah, yang mana sebelumnya telah terjadi pembunuhan besar-besaran oleh kaum Syiah kepada kaum Ahlussunnah wal Jama’ah di bandar Hamah.

• Dari usaha Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy ini maka telah dicapai beberapa keberhasilan di dalam menjaga eksistenssi Ahlussunnah wal Jama’ah. Diantaranya adalah:

1. Banyak dari kalangan ulama yang akhirnya dibebaskan dari penjara.
2. Kembalinya para ulama yang lari keluar negara, ke kampung halaman masing-masing seperti Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah.
3. Masuknya ulama luar negara ke Syria untuk menyampaikan dakwah seperti Syaikh Yusuf al-Qaradawi.

Jika seseorang tidak teliti dengan apa yang dilakukan Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy maka dia akan mengatakan Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy adalah seorang munafiq dan telah gegabah dalam melakukan apa yang diperbuatnya. Tapi hakikatnya beliau adalah seorang ulama yang sangat cemerlang, sehingga apa yang beliau lakukan pun mendapat dukungan para ulama Syria.

• Kita tidak akan menyaksikan seorang pun dari kalangan ulama Syria yang mencemooh atas tindakan beliau tersebut, karena mereka tahu pribadi Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy yang tidak mungkin menyalahi Sunnah.

• Lihatlah kepada penduduk Kurdi yang gencar melawan kerajaan Asad tetapi mereka tidak sampai mencemooh Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy, bukan karena Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy adalah seorang Kurdi tapi karena berkat beliaulah kerajaan Asad mau membantu kaum Kurdi di Syria.

• Saya ada satu cerita bagaimana anak Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy yakni Dr. Taufiq pernah berpesan kepada salah seorang pelajar Syria yang hendak pulang ke Malaysia semasa revolusi dilakukan dengan berkata: “Apabila kamu pulang ke Malaysia, pertahankanlah ayahku karena sebenarnya ia bukan ingin bersekongkol dengan kerajaan Asad tapi karena beliau ingin berjihad membantu Ahlussunnah semampu dia.”

*****************************************

Akhiinal Karim al-Ustadz Muhammad Khoiruz Zadit Taqwa mengatakan bahwa: “Sosok Syaikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy tidak masuk dalam golongan pemerintah Syiria ataupun Oposisi. Adapun statement beliau hanya sebagai tanggung jawab beliau akan keadaan yang terjadi. Beliau berbicara atas nama syari’at agama bukan kepentingan pribadi, pemerintah ataupun oposisi. Apapun itu, inilah panggung politik. Tidak peduli dia siapa, pasti akan dibenci. Seberapapun orang mencoba membuka kebenaran pasti akan tetap salah. Siapapun yang melawan, dialah musuh. Sekalipun yang musuh membawa bukti bukti kebenaran. Selamat menempuh hidup baru wahai Syaikhuna. Kini saatnya engkau merasakan manisnya kehidupan yang baru.”

B. Bau Surga Telah Tercium Sebelum Kewafatannya

Al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufriy menuturkan kisahnya bahwa Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy sudah tahu akan pertemuannya dengan sang Kekasih (Allah Swt.)

Al-Habib Ali al-Jufriy mengatakan: “Aku telah menelefonnya dua minggu sebelum keawafatannya dan beliau (Syeikh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy) berkata pada akhir percakapan: “Tidak akan lama umurku melainkan beberapa hari lagi. Sesungguhnya aku sedang mencium bau surga dari belakangnya. Jangan lupa wahai saudaraku untuk mendoakan aku.”

Pada beberapa hari sebelum kewafatannya, Syekh Dr. M. Said Ramadhan al-Bouthiy berkata: “Setiap apa yang berlaku padaku atau yang menuduhku daripada ijtihadku, maka aku harap ia tidak terlepas dari ganjaran ijtihad (yang ijtihadnya betul mendapat dua ganjaran dan yang keliru mendapat satu ganjaran).”

No comments:

Post a Comment

 

© Copyright IMAN STAN 2010 -2011 | | Published by Borneo Templates .